Kini  Saatnya Asia Berperan Besar dalam Penyusunan Standar Akuntansi  Dunia
 “Di masa lalu Eropa dan Amerika  lebih berpengaruh dalam penyusunan IFRS, tapi saat ini dan yang mendatang, Asia  akan lebih berpengaruh. IASB akan lebih mendengarkan masukan-masukan dan issue  dari Asia dalam penyusunan standar akuntansi internasional” demikian ujar Ketua  Standar Akuntansi Internasional (IASB), Sir David Tweedie dalam forum akuntansi  dunia,  IFRS Regional Policy Forum yang berlangsung di Bali 23-24 Mei 2011.  
Ikatan Akuntan Indonesia mendapat  kehormatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan forum akuntansi  internasional ini yang diselenggarakan untuk kelima kalinya. Acara ini dibuka  oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof. Dr. Boediono pada tanggal 23 Mei  2011 dan dihadiri 300 peserta dari 21 negara. Peserta kegiatan ini datang dari  Australia, New Zealand, Malaysia, Jepang, Cina, Hong Kong, Singapura, Korea,  Pakistan, Kamboja, India, Indonesia, Filipina, Inggris, Amerika,  Irak, Makau,  Myanmar, Brunei Darussalam, Thailand dan Maldives. 
Kegiatan ini merupakan kegiatan  tahunan dalam wilayah Asia-Oceania bagi penyusun standar akuntansi keuangan,  pembuat kebijakan, regulator dan pemerintah untuk bersama-sama berdiskusi  mengenai isu-isu yang lebih luas tentang peran masing-masing pihak dalam  pelaporan keuangan dan bagaimana pelaporan keuangan mempunyai dampak terhadap  pembuatan kebijakan dan implementasinya.
Konvergensi IFRS dilaksanakan oleh  Ikatan Akuntan Indonesia sejak tahun 2008 dengan target tahun 2012. “Pada 1  Januari 2012 standar akuntansi Indonesia akan kurang lebih sama dengan IFRS.  Sampai bulan Mei 2011, hanya ada 2 standar IFRS dari total 37 standar IFRS yang  belum disahkan oleh DSAK-IAI untuk diadopsi. Kita akan mengusahakan  menyelesaikannya pada semester kedua tahun 2011. Kita optimis bahwa target  konvergensi IFRS 2012 akan tercapai.” tegas Rosita. 
“Konvergensi IFRS di Indonesia  didukung penuh oleh Pemerintah, khususnya Kementrian BUMN. Untuk semua BUMN baik  besar maupun kecil harus menggunakan PSAK yang berbasis IFRS. Ini sangat penting  apabila nantinya BUMN berniat untuk mencari investor asing, karena investor  asing biasanya melihat dulu apakah perusahaan menggunakan IFRS sebelum  memutuskan untuk berinvestasi. Telkom secara sukarela telah menerapkan IFRS  lebih dini, namun ini tentunya membutuhkan persiapan yang matang bagi BUMN  lainnya yang akan mengadopsi IFRS.” demikian ujar Gatot Trihargo, Asdep Industri  Strategis dan Manufaktur 2 dari Kementerian BUMN yang menjadi salah satu panelis  bersama dengan Australia dan Singapura. 
Terkait dengan isu perpajakan,  Syarifudin Alsyah, Direktur Peraturan Perpajakan, Ditjen Pajak Kemenkeu,  menegaskan bahwa Direktorat Jendral Pajak memahami proses konvergensi IFRS yang  sedang berlangsung di Indonesia dan juga sudah memetakan perbedaan peraturan  pajak dengan PSAK berbasis IFRS. “Namun sayangnya selama UU Perpajakan belum  diubah, sedikit sulit untuk mengakomodir perubahan PSAK, kecuali tidak diatur  dalam UU Perpajakan maka kita mengusahakan agar peraturan perpajakan dapat  disesuaikan dengan perubahan PSAK” tambahnya dalam salah satu sesi panel.  
Dr. Etty Retno Wuldandari, Kepala  Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan Bapepam LK juga menegaskan bahwa Bapepam  LK sangat mendukung proses adopsi IFRS ke dalam PSAK dan BAPEPAM LK juga secara  terus menerus melakukan koordinasi dan sosialisasi IFRS kepada para emiten.  Dukungan terhadap IFRS juga disuarakan oleh regulator Negara lain seperti  Jepang, Malaysia dan India yang menjadi panelis bersama Etty Retno Wulandari.  Walaupun setiap Negara memiliki tantangan-tantangan dalam melakukan konvergensi  IFRS, namun semua peserta forum memahami pentingnya satu standar akuntansi  internasional untuk  menjawab tantangan perekonomian dan bisnis yang semakin  global.
Konvergensi IFRS juga banyak  memberikan tantangan dan peluang bagi profesi akuntan dan profesi auditor di  seluruh dunia. Hal ini ditegaskan oleh perwakilan profesi akuntan dari  Singapura, India, Filipina, Hong Kong. “Konvergensi IFRS dan adopsi standar  auditing internasional akan membuat para akuntan dan auditor dapat bergerak  secara lebih global karena bahasa yang digunakan sudah sama di seluruh dunia.”  Ujar Jim Sylph, Direktur Eksekutif Federasi Akuntan Internasional (IFAC) yang  juga menjadi salah satu panelis.    
Dalam forum ini juga ditegaskan  bahwa peran dari penyusun standar akuntansi lokal seperti Dewan Standar  Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) akan semakin penting  dalam menyuarakan isu-isu lokal di forum internasional dan menjadi mitra dalam  penyusunan standar akuntansi internasional. “DSAK-IAI akan terus berperan aktif  di forum-forum regional agar suara Indonesia dapat didengar oleh Negara tetangga  dengan isu yang sama sehingga kepentingan yang kita suarakan ke IASB bukan hanya  kepentingan Indonesia namun menjadi kepentingan regional. Selama ini kita telah  menjalin hubungan baik dengan Malaysia, Singapore dan Australia dalam  menyuarakan isu-isu lokal yang serupa.” ungkap Rosita Uli Sinaga, ketua  DSAK-IAI. Rosita juga menambahkan bahwa konvergensi IFRS akan meningkatkan  transparansi laporan keuangan di Indonesia dan menjadi salah satu media untuk  mengurangi kecurangan laporan keuangan di Indonesia.
“Ikatan Akuntan Indonesia akan  terus menjadi ujung tombak dalam proses konvergensi IFRS. Tahun 2012 sebagai  tahun target tahun konvergensi IFRS di Indonesia sehingga kegiatan internasional  ini sangat tepat untuk dilaksanakan di Indonesia.” Ujar Prof. Dr. Mardiasmo,  Ketua IAI

Tidak ada komentar:
Posting Komentar