Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 12 Juli 2011  memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%. Tingkat BI Rate  tersebut dipandang masih sesuai dengan upaya untuk menjaga peningkatan kegiatan  perekonomian yang disertai dengan stabilitas yang tetap terjaga, di tengah  tingginya ekses likuiditas domestik dan masih derasnya aliran masuk modal asing.  Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai potensi risiko tekanan terhadap  stabilitas makroekonomi, khususnya yang berasal dari berlanjutnya aliran masuk  modal asing dan tingginya harga komoditas global. Sementara itu, inflasi  diperkirakan akan tetap terkendali dan dapat lebih rendah dari perkiraan  sebelumnya apabila tidak ada perubahan kebijakan Pemerintah di bidang harga  energi serta tetap terjaganya pasokan dan distribusi bahan pangan. Bank  Indonesia akan terus menerapkan bauran kebijakan moneter dan kebijakan  makroprudensial, dengan penekanan pada pengendalian likuiditas domestik, aliran  masuk modal asing, dan apresiasi Rupiah yang sejalan dengan tren apresiasi nilai  tukar di kawasan Asia. Bank Indonesia meyakini bahwa penerapan bauran kebijakan  moneter dan makroprudensial tersebut mampu untuk menjaga stabilitas makro dan  membawa inflasi kepada sasaran yang ditetapkan, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan  4,5%±1% pada tahun 2012. 
Dewan Gubernur memandang bahwa pemulihan ekonomi global terus berlanjut,  sebagaimana tercermin pada volume perdagangan dunia yang meningkat. Namun,  prospek ekonomi global dibayangi sejumlah risiko, antara lain terkait krisis  utang di Yunani, berakhirnya Quantitative Easing (QE) II oleh the Fed dan  melambatnya ekonomi China. Risiko tersebut berpotensi menahan pertumbuhan  ekonomi global pada tahun 2011, meskipun pemulihan ekonomi akan tetap meningkat  pada tahun 2012. Sementara itu, harga komoditas global masih berada pada level  yang tinggi meskipun terjadi koreksi pada harga minyak. Inflasi dunia juga  secara umum meningkat, meskipun tekanan inflasi di emerging markets mereda.  Respon kebijakan moneter di negara-negara emerging markets masih cenderung  ketat, sementara di negara-negara maju masih cenderung akomodatif. 
Di sisi domestik, Dewan Gubernur memprakirakan bahwa pertumbuhan ekonomi  Indonesia dapat mencapai kisaran 6,3%-6,8% pada tahun 2011 dan 6,4%-6,9% pada  tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi tersebut ditopang oleh sumber pertumbuhan yang  semakin berimbang seiring dengan kinerja investasi yang terus meningkat dan  kinerja ekspor yang masih tetap solid. Sementara itu, kinerja konsumsi rumah  tangga juga tetap kuat. Pada triwulan III-2011, pertumbuhan ekonomi diprakirakan  cukup tinggi, yaitu sebesar 6,6%, ditopang oleh konsumsi dan investasi. Di sisi  sektoral, seluruh sektor ekonomi diprakirakan akan tumbuh dengan baik.  Sektor-sektor yang diprakirakan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi ke  depan, antara lain sektor transportasi dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel  dan restoran; dan sektor industri. 
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk keseluruhan tahun 2011 diprakirakan  masih mengalami surplus yang relatif besar. Hal ini seiring dengan masih kuatnya  aliran masuk modal asing, termasuk dalam bentuk PMA, dan transaksi berjalan yang  diperkirakan masih surplus meskipun mengalami penurunan. Penurunan surplus  transaksi berjalan seiring dengan peningkatan impor terkait kenaikan permintaan  domestik dan harga impor terutama migas. Di sisi transaksi modal dan finansial,  aliran masuk modal asing diprakirakan masih berlanjut seiring dengan peningkatan  kegiatan ekonomi domestik dan persepsi investor yang positif terhadap  fundamental perekonomian Indonesia. Sejalan dengan itu, cadangan devisa pada  akhir Juni 2011 tercatat sebesar 119,7 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,8  bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. 
Pergerakan nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap stabil dengan kecenderungan  menguat, meskipun pada tingkat yang lebih terbatas, sejalan dengan berlanjutnya  aliran masuk modal asing. Pada triwulan II-2011, nilai tukar Rupiah menguat  1,53% (ptp) ke level Rp 8.577 per dolar AS dengan volatilitas yang tetap  terjaga. Tren apresiasi nilai tukar Rupiah tersebut sejalan dengan upaya Bank  Indonesia untuk meredam tekanan inflasi, khususnya dari imported inflation,  dengan tetap mempertimbangkan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. Penguatan  Rupiah yang terjadi masih sejalan dengan tren apresiasi mata uang di kawasan  Asia sehingga sejauh ini tidak memberikan tekanan pada kinerja ekspor. 
Tekanan inflasi sampai dengan triwulan II-2011 masih terkendali. Inflasi IHK  pada triwulan II-2011 tercatat sebesar 0,36% (qtq) sehingga secara tahunan turun  menjadi 5,54% (yoy), terutama didorong oleh deflasi di kelompok bahan pangan  sementara inflasi inti meningkat secara terbatas. Inflasi inti tercatat  0,85%(qtq) atau 4,63%(yoy), didorong oleh kecenderungan tingginya harga  komoditas global dan meningkatnya permintaan seiring kegiatan ekonomi yang  meningkat. Inflasi kelompok administered prices relatif terbatas, yaitu sebesar  0,69%(qtq), seiring dengan tidak adanya kebijakan pemerintah terkait harga  energi. Sementara itu, kelompok bahan pangan mencatat deflasi -1,35%(qtq),  terutama disebabkan koreksi harga sejumlah komoditas pangan khususnya di bulan  April dan Mei. Ke depan, inflasi diperkirakan akan tetap terkendali dan  diperkirakan dapat lebih rendah dari perkiraan semula terutama apabila tidak ada  kebijakan Pemerintah di bidang harga energi serta tetap terjaganya pasokan dan  distribusi bahan pangan. 
Stabilitas sistem perbankan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya  fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan perekonomian.  Stabilitas industri perbankan tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal  (CAR/Capital Adequacy Ratio) yang berada jauh di atas minimum 8% dan terjaganya  rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di bawah 5%. Sementara  itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian terus berlanjut,  tercermin pada pertumbuhan kredit yang pada Juni 2011 mencapai 23,4%(yoy).  Pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada kredit investasi yang sampai dengan  bulan Mei 2011 tercatat sebesar 29,0% (yoy). Bank Indonesia terus mendorong  peningkatan efisiensi perbankan agar fungsi intermediasi dapat terus  dioptimalkan dengan tetap menjaga stabilitas sistem perbankan secara  keseluruhan. 
Lebih Lanjut silahkan DOWNLOAD LAPORAN KEBIJAKAN MONETER TR II 2011 DISINI.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar